Asalamualaikum ,  Selamat Datang  |  Its Not Diary  |  News And Opini  |  Thanks ?

Begitu banyak hal yang tertutupi dari negara kita sendiri bahkan dari konsep seluruh negara dan percayalah ada segelintir orang bahkan beberapa kelompok pemuja iblis yang mengatur konsep yang ada dan kita jalani saat ini.

RIM Jangan Cuma Mau Enaknya Saja

Jakarta - Dalam berbisnis layanan BlackBerry di Indonesia, Research in Motion (RIM) diimbau jangan cuma mau enaknya sendiri. Sebab, vendor asal Kanada itu kerap mengulur-ulur waktu jika ditagih komitmen kewajibannya karena takut keuntungannya berkurang.

Demikian persepsi Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia Nonot Harsono. Menurutnya, selama ini komunikasi antara pemerintah Indonesia dengan RIM sudah terjalin. Namun sayangnya, ada beberapa pokok permasalahan yang tak kunjung diselesaikan.

"Selama ini komunikasi sudah terjadi. Hasilnya ada wujud RIM Indonesia meski belum ngurus izin jasa telekomunikasi, sudah ada repair center, sudah janji mau filter, sudah janji mau comply lawful intercept. Hanya saja RIM masih nawar-nawar agar tidak keluar biaya. Maunya semua ditanggung operator Indonesia, padahal kendali jaringan dan layanan ada di Kanada," paparnya kepada detikINET, Rabu (12/1/2011).

Dijelasan olehnya, BlackBerry sejatinya merupakan jaringan global dengan sistem penomoran sendiri (PIN BB) yang menjadikan operator seluler lokal seperti Telkomsel, Indosat, XL, dan tiga operator lainnya cuma sebagai pipa penyalur saja (dump-pipe/access-point) untuk akses BlackBerry.

Kemudian dengan biaya langganan sekitar USD 17 per pelanggan per bulan, RIM
mendapatkan USD 7 netto. Sedangkan seluruh biaya jaringan, layanan pelanggan, kapasitas RAN (random access network), citra perusahaan, PPn/PPh, BHP/USO, dan biaya lainnya ditanggung sendiri oleh operator seluler Indonesia yang cuma mendapat bagian USD 10 bruto.

Nah, dari pola bisnis ini, lanjut Nonot, RIM melalui RIM Indonesia sudah termasuk penyelenggara jasa yang berbisnis di Indonesia. "Karena itu harus mengurus izin operasi dan cukup bikin node/exchange-point di sini. Dengan demikian RIM memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan penyelenggara jasa lainnya," papar jebolan ITS ini.

"Namun tentunya ini akan mengubah hitung-hitungan bisnis dan kerjasama dengan para operator, karena RIM tidak bisa lagi duduk manis sambil kipas-kipas menikmati USD 6 sampai USD 7 per user per month netto yang tadinya dari jaga server saja. Saya kira inilah yang membuat RIM mencoba berikhtiar keras mengulur-ulur," pungkas Nonot

sourche :

detikinet.com

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih Telah Berkunjung